Monday, June 22, 2015

MENGURAI MIMPI DAN HARAPAN DI COLEGIO DO VERBO DIVINO PALACA



“I Have a Dream  (Aku memiliki sebuah mimpi)”, demikian penggalan Pidato Martin Luther King yang berlangsung selama tujuh belas menit di tangga Lincol Memoral, Washington pada tanggal 28 Agustus 1963.  Dr. King memiliki kekuatan, kemampuan, dan kapasitas untuk mengubah anak-anak tangga di Lincoln Memorial menjadi tempat monumental yang akan selamanya diakui. Dengan berpidato seperti yang dilakukannya, ia telah mendidik, memberi inspirasi.  Ia menyampaikan bukan hanya kepada orang-orang yang hadir di sana, melainkan orang-orang di seluruh Amerika dan bahkan kepada generasi-generasi yang belum lahir di seluruh dunia.
Mimpi dan harapan adalah dua kata yang tidak bisa dilepaspisahkan. Setiap orang pasti memiliki impian. Ia mengharapkan agar impian tersebut suatu saat direalisasikan. Perubahan apa pun yang terjadi selalu berangkat dari impian. Kehadiran Colegio Do Verbo Divino Palaka berawal dari sebuah impian seperti yang diserukan oleh Martin Luther King di awal tulisan ini. Regio Timor Leste merasakan pentingnya Colegio Palaka didirikan. Melalui karya pastoral dalam bidang pendidikan, SVD Regio Timor Leste ingin menanamkan  nillai-nilai Kristiani kepada anak-anak Timor Leste. Pengetahuan itu bisa diperoleh  di mana saja, kapan saja dengan cara apa saja apalagi dengan kemajuan teknologi, tetapi nilai-nilai yang diwariskan oleh Colegio Palaka tidak ditemukan di tempat lain. Inilah kepingan-kepingan mimpi dan dan nada-nada harapan  yang akan disemayamkan di tanah Palaka.
Bangunan berbaris rapi yang berdiri kokoh di atas lahan seluas 1 hektar tersebut merupakan tempat anak-anak Timor Leste mengurai mimpi dan menggapai asa. Di dalam bangunan yang berdindingkan bebak dan berlantaikan semen kasar, para siswa akan dibekali dengan segudang pengetahuan dan keterampilan yang menunjang masa depan mereka, sehingga mereka menjadi anak yang berintelektual cukup dan berkepribadian yang handal. Colegio Palaka juga  diharapkan menjadi dapur pengetahuan yang siap mensuplai pengetahuan kepada anak-anak. Mereka ditempa agar  mampu menunjukkan jati dirinya di tengah pusaran arus global yang menawarkan pelbagai tawaran yang  memikat hati. Mereka harus mampu menjawab persoalan yang pelik dan kerasnya hidup yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Atas dasar itu, maka sejak tahun 2014 hingga saat ini, digalakkan pembangunan  infrastruktur yang menunjang pembentukan aspek intelektual dan kepribadian anak-anak. Ini adalah proyek besar yang dikerjakan ke depan. Meskpiun mengalami banyak tantangan seperti keterbatasan sarana dan prasarana tetapi proses kegiatan belajar mengajar berlangsung normal. Dalam keterbatasan, seluruh staf pengajar membangun komitmen untuk mencurahkan tenaga secara maksimal bagi anak-anak supaya mereka bisa meraih impian yang belum terjangkau. Anak-anak didorang untuk merancang masa depannya yang gemilang, harus mulai dari sini dan kini (here and now).
Bangunan sederhana Colegio Palaka berdiri diam, memotret para penghuninya yang saban hari sibuk dengan rutinitas harian mulai dari bangun tidur pagi hari hingga istirahat malam. Saban hari kita bertemu dengan rutinitas yang sama, melihat muka yang sama, bertemu dengan kenakalan yang sama. Terkadang ada kekecewaan yang nampak pada raut wajah. Ada nada protes kecil di hati atas realitas yang dijumpai terutama kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak. Namun, suatu hal yang mesti diingat bahwa di tempat inilah mereka mulai menenun masa depannya. Di tempat ini mereka mulai merajut impian yang terbungkus di relung hatinya yang dalam. Akhirnya saya mengutip kata-kata bijak dari Paulo Coelho “hanya ada satu cara yang bisa membuat impian tidak dapat diraih : takut akan kegagalan”. There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure. (Beny Ndiu)   



No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.